Yups, tadi sore di HME da event penting yaitu kopi sore bersama Pak Eniman (Ketua Prodi Elektro) dan Pak Nanang (pembimbing HME ITB). Acaranya berlangsung kira-kira 2jam dan mengangkat tema akademik dan organisasi (kaderisasi khususnya).
Ternyata banyak juga permasalahan mahasiswa yang saya belum ketahui. Bagaimana pula yang akan terjadi ketika sudah tingkat 3. Banyak diantara kakak2 tingkat yang khawatir dengan KPnya, akademiknya, iuran SPP ITB semesterannya, dll. Dimana hal tersebut kurang saya perhatikan untuk saat ini. Mungkin karena saya masih tingkat dua kali ya. Jadi belum mikir KP. 🙂
Akademik yang banyak disorot adalah mengenai KP dan fasilitas kampus itu sendiri. Ternyata untuk saat ini, perusahaan membatasi jumlah yang KP di tempat tersebut. Selain itu, dengan kondisi Indonesia yang kurang baik ini membuat perusahaan-perusahaan yang biasanya untuk KP sudah tidak mau menerima. Masa KP pun dikurangi menjadi 1 bulan, dimana dari prodi disyaratkan 2 bulan. Kalau baru 1 bulan harus digenapi menjadi 2 bulan. Jadi itulah permasalahan kakak2 kita di tingkat 3.
Tentang fasilitas kampus seperti perpustakaan, ada yang menyoroti kurang nyamannya perpustakaan di ITB ini. Katanya berdebu, buka hanya terbatas waktunya, tidak adanya toilet yang memadai gitu. (Apa iya mas? Saya sendiri juga udah 1 tahun ga ke perpus. Kesana cuma cap kartu doank. :)) Katanya bila dibandingkan dengan UI, perpusnya nyaman, buka 24 jam, alasnya karpet, dan mahasiswa bisa parttime disitu. Wuh, koq enak banget ya. Bisa tidur tuh diperpus. Hehehe… Yah, semoga aja fasilitas di ITB lebih ditingkatkan dan bisa lebih menarik perhatian para mahasiswa ITB pada khususnya untuk sering-sering berkunjung ke perpus. Tidak hanya hotspotan dan diskusi-diskusi ga jelas. 🙂
Mengenai organisasi sendiri, sebenarnya Pak Eniman setuju kalau HME dibawa ke arah keprofesian sehingga lulusan elektro ITB tidak hanya dianggap sebagai sarjana sastra elektro saja. Dia mampu mengaplikasikannya dalam dunia riil dan memiliki kemampuan praktis yang baik. Ketika ada yang tanya tentang kaderisasi dan segala macam nama yang menyerupainya, Pak Eniman menegaskan untuk tidak mengijinkan acara tersebut. Ntah kenapa koq ga diperbolehkan. Mungkin karena Pak Eniman masih menganggap acara kaderisasi penuh dengan siksaan dan perploncoan kali ya. Yah, mungkin karena bawaan dari angkatan tua-tua yang mendidik kaderisasi dengan seperti itu, tetapi semakin kesini kaderisasi semakin lunak dan jauh dari perploncoan menurut saya.
Menurut saya pribadi sih, dengan kaderisasi tersebut, kita bisa lebih kenal dengan teman seangkatan tentunya. Menjalin rasa kebersamaan dan kepedulian. Kalau tidak ada kaderisasi itu, mungkin saya tidak bisa kenal dengan sebanyak teman yang ada di elektro ini. Selain itu, dengan kaderisasi, kita dituntut untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Dengan mencari dana sendiri, mencari lokasi sendiri, membaur dengan warga sekitar, itu tumbuh dengan kesadaran diri untuk saling berbagi dan bekerja sama dengan tujuan yang sama. Walaupun masih ada kurang disana sini tetapi itu wujud kepedulian kita. Kaderisasi tidak selamanya jelek, kita bisa berkarya demi bangsa ini dengan kerja keras dan keringat kita tanpa ada orang tahu.